PRINCES INSURANCE WORLDWIDE

Informasi Terpanas Tentang Manfaat Asuransi Yang Lagi Menjadi Trending Topik diseluruh Dunia *** Read More ***

PRINCES CELEBRITY WORLDWIDE

Informasi Terpanas Tentang Kehidupan Artis Yang Lagi Menjadi Trending Topik diseluruh Dunia *** Read More ***

PRINCES HISTORY TOUR AND TRAVEL

Informasi Terpanas Tentang Perjalanan Wisata Yang Lagi Menjadi Trending Topik diseluruh Dunia *** Read More ***

PRINCES LOVE GOD

Informasi Terpanas Tentang Kehidupan Rohani Yang Lagi Menjadi Trending Topik diseluruh Dunia *** Read More ***

PRINCES ADVERTISING

Kesempatan Buat Anda yang ingin Memajukan Bisnis dengan Pasang Iklan Secara Gratis dan Dibaca diseluruh Dunia *** Read More ***

Translate this page to the following language!

English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified


Belajar jualan Emas dan Uang

Showing posts with label Menpora. Show all posts
Showing posts with label Menpora. Show all posts

Friday, April 1, 2016

10 Tahun SBY Dikalahkan 2 Tahun Jokowi?

Princes Indonesia - Kompas cetak adisi 28 Maret 2016 dengan Judul "Ketegasan dan keberpihakan" menggambarkan perbandingan suasana entikong kalimantan Barat pada Tahun 2009 dan 2015, dua paragraf tulisan itu berbunyi: "Entikong, yang berjarak 203 kilometer dari Pontianak, termasuk dalam 50 kecamatan perbatasan yang mendapat prioritas pembangunan karena sangat tertinggal.

Saat Kompas melakukan perjalanan jurnalistik mengikuti jalur migrasi TKI ke Malaysia lewat jalan darat tahun 2009, Entikong hanya ramai saat subuh ketika bus malam dari Pontianak tiba. Selebihnya, Entikong tak ubahnya bagai kota mati. Jalan rusak, aliran listrik yang kerap padam, dan sulitnya air bersih mewarnai kehidupan di Entikong. Suasana berbeda begitu melintasi pos perbatasan Tebedu milik Malaysia.

Gedung pemeriksaan keimigrasian yang besar, jalan raya yang mulus, kantin bersih yang menyediakan aneka hidangan, sampai toko serba ada tersedia di sana." sementara itu di paragraf awal diuraikan:"Jalan selebar 5 meter kini telah menjadi jalan raya dua jalur selebar 20 meter. Bangunan lama tempat loket dan jalur pemeriksaan keimigrasian berada kini bernaung di bawah kerangka gedung megah yang sedang dibangun.

Satu tempat penampungan produk siap ekspor pun tengah dikerjakan". seorang Tentara berpangkat bintara di kampung saya mengatakan "era jokowi lebih memperhatikan tentara, buktinya asrama kami yang puluhan tahun tak pernah di rehab kini sudah direhab, atap asrama yang sudah bocor sejak lama kini diganti yang baru" sambil menunjukkan ke saya asrama tentara yang sudah selesai direhab.

Jokowi yang karir kepemimpinannya merangkak dari kota solo, lalu provinsi DKI dan kini menjadi Presiden sadar bahwa era politik retorika dan wacana harus diakhiri dan memulai dengan era politik kerja atau politik infrastruktur, olehnya itu sejak kampanye Jokowi telah berulang kali mengatakan saking berulang ulangnya kita bahkan cenderung bosan dengan materi kampanye Jokowi yaitu politik infrastruktur,

Jokowi menjanjikan tol laut sebagai solusi konektifitas antar pulau, membangun waduk, jalan tol kereta sumatera, kalimantan sulawesi dan lain lain. Jokowi menjanjikan sesuatu yang belum dirasakan oleh rakyat alias belum ada saat itu. tanyalah warga entikong bagaimana perubahan infrastruktur dalam dua tahun terakhir ini? Bagaimana pendapat mereka, atau pernyataan apa adanya dari tentara aktif yang asramanya di rehab tahun ini. tentu itu jawaban obyektif rakyat bawah yang tak pernah bicara politik tingkat tinggi.

Akhir-akhir ini SBY merasa terpojok dengan politik infrastruktur Jokowi saking terpojoknya SBY meminta Jokowi untuk mengurangi anggaran infrastruktur dan memperhatikan rakyat miskin sebagaimana pemerintahannya dulu, seolah saat ini Jokowi tak peduli dengan rakyat miskin, atau upaya untuk mengingatkan kembali memori publik tentang perhatian SBY pada rakyat miskin seperti Bantuan Langsung Tunai.

SBY juga terus mengenang pemerintahannya dalam beberapa pekan ini, terakhir saat ini ketika melakukan pembekalan kader Demokrat di Bogor SBY terus membangun romantisme masa lalunya bersama kadernya sendiri, sambil melakukan jeb jeb politik ke Jokowi, misalnya SBY mengatakan ia hanya butuh waktu sehari untuk menentukan anggota Kabinet, seolah menyindir Jokowi yang butuh waktu dua pekan menentukan anggota kabinet kerjanya.

Mengurus negeri ini memang bukan pekerjaan mudah, dan SBY telah memimpin selama 10 tahun, banyak hal yang telah dilakukan SBY dan rakyat tetap mengungatnya, SBY tak perlu risau sejarah 10 tahun kepemimpinannya terhapus oleh politik infratsruktur jokowi yang baru memulai pemerintahannya, Namun SBY juga harus menyadari bahwa apa menjadi prioritas Jokowi saat ini adalah pekerjaan yang ketinggalan dan mestinya bisa diselesaikan SBY dalam 10 tahun pemerintahannya.


Friday, April 10, 2015

Tak Mau Diintervensi, Jangan Pakai Fasilitas Pemerintah

Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi memberi peringatan kepada Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI). Menurut Imam, pemerintah bisa melarang penggunaan stadion jika PSSI dan klub-klub kontestan Indonesia Super League (ISL) tidak mau diintervensi.

PSSI


Dalam beberapa kesempatan, pengurus PSSI mengeluhkan intervensi pemerintah terkait penyelenggaraan ISL. Tindakan Menpora, melalui perpanjangan tangan Badan Olahraga Profesional Indonesia (BOPI), dinilai bisa memicu sanksi FIFA.

"Kalau tidak boleh diintervensi, jangan pakai fasilitas yang disediakan pemerintah. Ini karena kita tahu semua fasilitas olahraga yang mereka gunakan dibuat oleh pemerintah," kata Imam di Mataram, Kamis (9/4/2015).

Menurut informasi terakhir, BOPI mengirim surat bernomor 051/BOPI/KU/TV/2015 kepada CEO PT Liga Indonesia, Joko Driyono. Dalam surat tersebut, Persebaya Surabaya dan Arema Cronus tercantum dalam daftar klub yang tak boleh menjalani kompetisi.

Larangan ini juga didukung oleh surat dari Menpora kepada Plt Kapolri Komjen Pol Badrodin Haiti. Pihak kepolisian diminta tidak menerbitkan izin keramaian untuk kedua klub tersebut.

"Aparat kepolisian sudah berkoordinasi dengan kami, dan itu memungkinkan jika ada tindakan.


Sikap Menpora Soal Persebaya Dipertanyakan


 Sikap Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora), Imam Nahrawi, yang baru mempermasalahkan legalitas Persebaya Surabaya sangat dipertanyakan. Padahal, sejak bertahun-tahun lalu, Persebaya sudah berkiprah di Indonesia Super League dan tak dipermasalahkan oleh Menpora sebelumnya.

Seperti diketahui, Menpora melalui BOPI tidak merekomendasikan Arema Cronus dan Persebaya untuk ikut berkompetisi musim ini, karena masalah dualisme. Namun, FIFA sendiri menginstruksikan kepada PSSI agar QNB League 2015 tetap berlangsung dengan 18 klub, termasuk Arema dan Persebaya.

Pemahaman Menpora soal Persebaya pun dipertanyakan, termasuk sikapnya yang tidak netral karena mendukung Persebaya 1927 yang bukan merupakan anggota PSSI. Menurut Wakil Ketua Umum PSSI, La Nyalla Mattalitti, Imam Nahrawi sebaiknya bertanya bila tidak mengetahui dengan pasti masalah Persebaya.

"Saya akan fight, saya tidak takut sekalipun Menpora. Kenapa Menpora yang sekarang mempermasalahkan. Padahal dari jaman Andi Mallarangeng atau Roy Suryo, tidak ada masalah. Menpora kalau tidak tahu, tanya sama saya," ungkap La Nyalla kepada wartawan di Kantor PSSI, Jakarta, Kamis (9/4/2015).

"Dulu saya pernah ketemu dengan Menpora di awal dan berlangsung baik, dan waktu itu dia tidak tanya soal Persebaya. Semua sudah bagus sekarang, kenapa sekarang Menpora melarang Persebaya," lanjutnya.

La Nyalla juga membeberkan, mengapa BOPI dan Menpora tidak menagih kepada Persebaya 1927 untuk membayar tunggakan gaji mereka kepada para pemain. Motif Menpora dalam menyelesaikan masalah Persebaya pun dianggap tidak netral, karena dinilai mendukung salah satu pihak.

"Motifnya apa, silakan tanya Menpora. Pendapat saya, dia backing Persebaya 1927. Saya cuma mau luruskan, kembalikan Persebaya ke Gede Widiade, tanya Pak Gede, dia CEO Persebaya sejak dulu. Persebaya jalannya sudah bagus,




Arema dan Persebaya Dilarang Tampil di ISL

Badan Olahraga Profesional Indonesia (BOPI) mengambil langkah tegas untuk dua klub yang belum dapat rekomendasi tampil di Indonesia Super League (ISL), Arema Cronus dan Persebaya Surabaya. Kedua klub mendapat larangan resmi untuk mengikuti kompetisi.

Seperti diketahui, Arema dan Persebaya sempat mengabaikan rekomendasi BOPI. Kedua klub yang masuk kategori C tersebut, tetap menjalani laga pembuka ISL, akhir pekan lalu.

Atas dasar itu, BOPI mengirim surat bernomor 051/BOPI/KU/TV/2015 kepada CEO PT Liga Indonesia, Joko Driyono. Dalam surat tersebut, Persebaya Surabaya dan Arema Chronus tercantum dalam daftar klub yang tak boleh menjalani kompetisi.

"Kedua klub tersebut dilarang melakukan pertandingan kandang maupun tandang untuk Kompetisi ISL 2015," demikian bunyi surat BOPI.

Tindakan BOPI juga didukung oleh surat dari Menpora, Iman Nahrawi kepada Plt Kapolri, Komjen Pol Badrodin Haiti. Pihak kepolisian diminta tidak menerbitkan izin keramaian untuk kedua klub tersebut.

Sebagai catatan, Arema dan Persebaya juga dikejar waktu untuk penyerahan dokumen rekonsiliasi paling lambat pukul 16.37 WIB, Jumat (10/4/2015).

Tuesday, January 6, 2015

Tim Sembilan akhirnya terjawab Jumat pekan lalu


Menpora

Tanda tanya publik atas Tim Sembilan akhirnya terjawab Jumat pekan lalu. Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Imam Nahrawi mengumumkan sembilan orang yang mengisi tim yang tugasnya untuk menggali, menelusuri, menemukan, dan memberikan rekomendasi tentang permasalahan dalam sepak bola Indonesia.

Di dalamnya ada Imam B Prasodjo (sosiolog), Budiarto Shambazy (wartawan), Ricky Yakobi (mantan pemain timnas), Gatot S Dewabroto (Deputi V Kemenpora), Nur Hasan (akademisi Universitas Negeri Surabaya), Joko Susilo (mantan Dubes RI untuk Swiss), Yunus Husein (mantan Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan/PPATK), Eko Ciptadi (mantan Deputi Pencegahan Komite Pemberantasan Korupsi), dan Oegroseno (mantan Wakapolri).

Saya tak hendak mengkritisi komposisi Tim Sembilan yang menurut saya memang sedikit kurang pas. Dengan logika sederhana, sosok yang paling paham seluk beluk sepak bola Indonesia adalah mereka yang pernah dan atau sedang berada di dalamnya. Minimal, cukup lama bersentuhan dengan lingkungan sepak bola.

Nyatanya di dalam Tim Sembilan hanya ada satu sosok Ricky Yakobi yang merupakan 'orang bola'. Dia adalah mantan striker timnas era 1980-an yang kini fokus dalam pengembangan pemain usia muda lewat sekolah sepak bola.

Saya juga tak mau membahas tentang kurangnya koordinasi Menpora dengan para pembantunya. Dalam sebuah acara talkshow di salah satu kantor media online yang saya ikuti beberapa hari sebelum pengumuman, Deputi IV Bidang Peningkatan Prestasi dan Olahraga Djoko Pekik Irianto mengatakan Tim Sembilan tidak hanya mengurusi sepak bola, melainkan juga cabang olahraga (cabor) lain. Nyatanya penjelasan Djoko berbeda dengan uraian sang bos saat mengumumkan formasi Tim Sembilan.
Yang ingin saya pertanyakan di sini adalah keputusan Menpora mengalokasikan anggaran kepada tim ini yang mencapai Rp 2 miliar untuk masa kerja tiga bulan. Dengan matematika sederhana, Tim Sembilan mendapatkan anggaran sebesar Rp 666,66 juta setiap bulan dalam melaksanakan tugasnya. Jika dibagi per anggota, jumlahnya sekitar Rp 74 juta per bulan.

Pastinya hitung-hitungannya tak seperti ini. Anggaran itu mungkin saja sudah termasuk untuk biaya rapat, transportasi, dan segala tetek bengek yang jika diperinci akan sangat wajar dan tidak terlalu berlebihan. Masalahnya, pembentukan tim ini berlangsung saat Indonesia tengah bersiap menghadapi multievent SEA Games 2015 yang akan berlangsung di Singapura pada 5 Juni mendatang.

Di saat para atlet, pelatih, dan pengurus cabor lain berkorban dana talangan untuk bisa menggelar pemusatan latihan nasional (pelatnas) dan uji coba, mereka menyaksikan begitu mudahnya Menpora mengeluarkan uang sebesar itu hanya untuk mengevaluasi masalah di satu cabor. Padahal cabor yang satu ini sudah terkenal minim prestasi dengan pengurus yang 'bandel', keras kepala, dan egois.

Atlet, pelatih, dan pengurus cabor lain pastinya tak hendak meminta Menpora berhenti mengurusi PSSI. Sebab saya yakin sebagian besar dari mereka juga menggemari si kulit bundar dan ingin sepak bola Indonesia berprestasi. Mereka hanya meminta Menpora bersikap lebih adil.

Pastinya, mereka menantikan gebrakan dari Menpora untuk menghapus masalah klasik yang menghambat mereka selama ini yakni keterlambatan dana. Bertahun-tahun para atlet kita yang hendak menghadapi multi event dihadapkan kepada masalah klasik: gaji terlambat, anggaran uji coba minim, pengadaan peralatan yang molor, hingga bonus yang kelamaan turunnya.

Sudah beberapa menteri menjabat, namun belum ada yang bisa menghapus masalah ini. Birokrasi yang rumit menjadi alasannya. Kemenpora harus berkoordinasi dengan lembaga dan kementerian lain untuk mencairkan dana. Kemenpora selalu berdalih harus mengikuti birokrasi ini agar tidak berurusan dengan Komisi Pemberantasan Korupsi.

Sembari menanti Tim Sembilan bergerak mencari solusi untuk perbaikan sepak bola, saya berharap Menpora Imam Nahrawi juga lekas bekerja menemukan formula yang tepat untuk memecahkan masalah dana di setiap persiapan Indonesia berlaga di multievent olahraga. Bila tidak, kesan Menpora hanya mencari panggung dengan pembentukan Tim Sembilan akan makin kuat.

Ingat Pak, SEA Games 2015 akan dimulai pada 5 Juni. Menpora sesungguhnya adalah ‘bapak’ dari seluruh atlet Indonesia, bukan hanya sepak bola.
Semoga, jangan ada cerita atlet menggadaikan kendaraan untuk biaya hidup anak istrinya karena gaji di pelatnas belum turun. Jangan pula ada kabar peralatan atlet baru tiba setelah event berakhir. Selamat bekerja Pak Menpora.